Melihat Tradisi Marpangir di Humbang Hasundutan - Siniang Online

Hot

Post Top Ad

Senin, 16 April 2018

Melihat Tradisi Marpangir di Humbang Hasundutan

SINIANG ONLINE -- Tradisi marpangir dilakukan di Humbang Hasundutan pada tahun 1980-an.

Saat menyambut bulan suci Ramadhan, kaum Muslim, biasanya dalam sebuah keluarga, ramai-ramai pergi ke tempat mandi seperti pancuran untuk mandi menggunakan jeruk purut yang disebut pangir.

Biasanya orang tua akan mengabsen satu persatu anak-anaknya. Semuanya harus ikut dan akan ditegur dan diminta untuk menyusul, jika bisa.

Pancuran biasanya terdiri dari mata air yang terpisah laki-laki dan perempuan.

Baca: Tradisi Balimo-limo di Sibolga

Tradisi ini dilakukan setelah wisata religi ke makam-makam kakek dan kemudian dilanjutkan ke makam-makam aulia di Barus seperti, Papan Tinggi dan Makam Mahligai.

Di desa yang muslimnya lebih dari satu keluarga, tanggal marpangir biasanya ditentukan satu hari atau dua hari sebelum Ramadhan dimulai.

Baca: Tradisi Mandi Sebelum Ramadhan di Berbagai Tempat

Ada juga yang menentukan tempatnya di sungai tertentu dengan tempat laki-laki dan perempuan terpisah. Atau bisa juga dipisah dengan waktu. Misalnya kalangan laki-laki di siang hari antara Dzuhur dan Ashar dan kalangan perempauan di sore hari antara Ashar dan Magrib.

Mengingat jumlah warga muslim yang sudah banyak ada baiknya festival marpangir ditata rapi dengan membentuk kepanitiaan.

Festival marpangir dapat menjadi destinasi wisata dengan tentunya prosesi untuk perempuan dibuat setertutup mungkin.

Tradisi ini tidak dianggap ibadah hanya bersifat sosial dan kebiasaan. Tujuannya untuk mensucikan diri menjalin kebersamaan dan saling mengingatkan untuk menjaga kebersihan. Selain tentunya untuk mengingatkan akan datangnya Ramadhan. Pemaknaannya  terletak dari bagaimana konsep keluarga masing-masing.

Tradisi ini dianggap warga seperti tradisi gerak jalan menyambut 17 Agustusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar