Siniang Online

Hot

Post Top Ad

Post Top Ad

Minggu, 06 Juli 2025

Dua Tradisi Mandailing yang Bikin Unik

Juli 06, 2025 0

Di Sumatera Utara, suku Mandailing dikenal sebagai salah satu kelompok etnis besar yang memiliki sistem marga atau klan berbasis patrilineal. Artinya, nama marga diwariskan dari garis keturunan ayah kepada anak laki-laki. Marga-marga terkenal seperti Nasution, Lubis, Harahap, Rangkuti, dan Pulungan sudah dikenal turun-temurun sebagai identitas utama masyarakat Mandailing di wilayah Tapanuli Selatan dan sekitarnya. Sistem ini menjadi fondasi bagi adat, aturan pernikahan, hingga hubungan sosial di kalangan Mandailing di Sumatera Utara.

Namun menariknya, di Sumatera Barat dan Riau, juga terdapat komunitas Mandailing yang memiliki tradisi berbeda. Mereka justru mengikuti sistem kekerabatan matrilineal, yaitu garis keturunan yang ditarik dari ibu. Nama suku atau marga yang disandang seseorang berasal dari ibu, bukan dari ayah. Sistem ini sejalan dengan adat Minangkabau yang memang menggunakan sistem matrilineal secara menyeluruh di wilayahnya.

Perbedaan sistem garis keturunan ini sering memunculkan rasa heran di kalangan masyarakat awam. Pasalnya, sama-sama mengaku Mandailing, namun cara menentukan marga atau suku berbeda. Saat kedua kelompok ini bertemu dalam acara adat atau pertemuan keluarga besar lintas daerah, tak jarang muncul keheranan dan perdebatan kecil tentang cara pewarisan nama keluarga.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang akar sejarah masyarakat Mandailing. Mana yang lebih dulu, apakah sistem patrilineal di Mandailing Tapanuli, ataukah matrilineal yang diikuti Mandailing di Sumatera Barat dan Riau? Sampai kini, belum ada kesepakatan tunggal di kalangan sejarawan dan antropolog mengenai hal itu. Keduanya memiliki jejak sejarah panjang dan alasan masing-masing mengapa sistem tersebut dipertahankan.

Sejarah lisan menyebutkan bahwa banyak orang Mandailing bermigrasi ke Sumatera Barat dan Riau berabad-abad lalu. Mereka menyebar akibat berbagai faktor, termasuk konflik politik dan perang kolonial di kawasan Tapanuli. Ketika bermukim di tanah Minangkabau, sebagian dari mereka melebur dengan adat lokal. Seiring waktu, mereka ikut menerapkan sistem matrilineal seperti masyarakat Minangkabau yang sudah lebih dahulu menganutnya.

Namun, tak sedikit pula yang berpendapat bahwa bisa jadi sistem matrilineal di kalangan Mandailing Sumatera Barat merupakan warisan lama dari masa awal peradaban Mandailing sebelum terjadinya pemisahan wilayah. Pendapat ini muncul karena di beberapa masyarakat kuno di Nusantara, sistem matrilineal pernah menjadi sistem kekerabatan yang dominan. Oleh sebab itu, sebagian ahli menyarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai asal usul sistem kekerabatan Mandailing ini.

Di Tapanuli, sistem patrilineal dikenal erat dengan filosofi dalihan na tolu yang menjadi dasar hubungan sosial dalam masyarakat Batak, termasuk Mandailing. Dalam sistem ini, kedudukan seorang laki-laki sebagai pewaris marga menjadi sangat penting dalam menjaga nama keluarga dan kesinambungan garis keturunan. Konsep ini tetap hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi hingga saat ini.

Berbeda halnya di Sumatera Barat. Di wilayah ini, Mandailing yang hidup dalam lingkungan masyarakat Minangkabau mengikuti sistem matrilineal. Seorang anak laki-laki maupun perempuan akan mengikuti suku ibunya. Mamak atau paman dari pihak ibu memegang peran sentral dalam urusan keluarga, termasuk urusan adat, warisan, dan pernikahan. Marga atau suku ayah tidak diwariskan, kecuali dalam konteks silsilah pribadi.

Kondisi ini membuat hubungan antara dua komunitas Mandailing dari daerah berbeda ini tetap akrab, namun kerap diwarnai keheranan. Mereka menggunakan bahasa yang sama, memiliki adat istiadat serupa, namun sistem pewarisan nama keluarga bertolak belakang. Hal inilah yang membuat setiap pertemuan budaya atau acara adat lintas daerah menjadi momen yang menarik.

Sejumlah acara adat seperti mangupa atau marhata adat di Sumatera Utara tetap dijalankan dengan aturan patrilineal. Sementara di Sumatera Barat, upacara adat Mandailing kerap mengikuti pola Minangkabau, seperti alek nagari dan malam bainai. Di beberapa daerah di Riau, Mandailing juga lebih condong ke sistem matrilineal, karena berbaur dengan komunitas Minangkabau setempat.

Seiring berkembangnya zaman, sebagian generasi muda Mandailing di Sumatera Barat dan Riau mulai kembali mengenali asal-usul marga ayah mereka, meski tetap hidup dalam sistem matrilineal. Di sisi lain, Mandailing di Tapanuli tetap mempertahankan garis keturunan ayah sebagai identitas utama dalam silsilah keluarga.

Kondisi ini menyimpan potensi penelitian antropologi budaya yang menarik. Bagaimana dua komunitas dari akar yang sama bisa berkembang dengan sistem pewarisan berbeda, dan apakah sebenarnya sistem mana yang lebih dulu dianut oleh leluhur Mandailing pada masa lampau. Belum ada catatan tertulis yang pasti mengenai hal ini, sebab sebagian besar sejarah Mandailing bersumber dari tradisi lisan.

Para sejarawan dan budayawan lokal berpendapat, bisa jadi kedua sistem ini pernah hidup berdampingan di masa silam. Lalu, akibat pengaruh lingkungan dan migrasi, satu sistem menjadi lebih dominan di wilayah tertentu. Teori ini perlu didalami melalui riset sejarah dan antropologi yang lebih sistematis, termasuk melalui penelusuran naskah-naskah kuno dan silsilah keluarga tua.

Perdebatan ini menjadi menarik karena Mandailing dikenal sebagai salah satu etnis dengan identitas budaya kuat di Sumatera. Mereka memiliki seni musik khas gondang, tari tradisional tortor, dan adat pernikahan yang masih lestari. Perbedaan sistem garis keturunan tidak menghalangi semangat mereka dalam melestarikan budaya bersama.

Ke depan, wacana tentang dua sistem kekerabatan Mandailing ini perlu terus dikaji agar dapat dipahami secara utuh. Baik yang hidup dalam sistem patrilineal maupun matrilineal, keduanya sama-sama bagian dari sejarah panjang Mandailing yang patut dihargai dan dipelajari.

Masyarakat Mandailing di kedua daerah itu tetap bangga dengan warisan budaya mereka. Meski berbeda sistem pewarisan marga, persaudaraan dan ikatan adat tetap dijaga. Pertemuan-pertemuan budaya lintas daerah pun rutin digelar sebagai bentuk silaturahmi dan pelestarian adat.

Keunikan ini menunjukkan betapa dinamisnya budaya Nusantara. Dari satu akar budaya bisa lahir berbagai bentuk ekspresi adat sesuai dengan kondisi lingkungan masing-masing. Mandailing menjadi salah satu contoh hidup dari kekayaan budaya yang layak untuk terus digali dan dipahami lintas generasi.

Read More

Kamis, 03 Juli 2025

Restrukturisasi Aset Terbengkalai Suriah

Juli 03, 2025 0
Setelah melewati masa-masa sulit akibat konflik berkepanjangan, sektor telekomunikasi Suriah perlahan menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Meski berbagai tantangan masih menghadang, perusahaan-perusahaan utama yang dulu berada di bawah bayang-bayang kekuasaan kini mulai beradaptasi dengan lanskap baru yang terbentuk pasca-pemerintahan transisi.

Di antara perusahaan yang masih bertahan, Syriatel dan MTN Syria menjadi dua nama yang tetap aktif menjalankan layanan telekomunikasi bagi masyarakat. Keduanya mengalami restrukturisasi besar-besaran dalam sistem kepemilikan dan manajemen, namun memilih untuk tetap beroperasi di tengah ketidakpastian. Langkah ini dianggap sebagai upaya penting demi menjaga keberlanjutan infrastruktur layanan publik vital di negara itu.

Pemerintahan transisi Ahmad al-Sharaa, yang mengambil alih kekuasaan setelah rezim lama runtuh, memutuskan untuk mempertahankan perusahaan-perusahaan strategis tersebut. Bukan tanpa alasan, mengingat telekomunikasi memegang peran penting dalam stabilisasi keamanan dan penyediaan layanan dasar bagi warga di berbagai kota dan provinsi Suriah.

Salah satu gebrakan terbaru datang dari kerja sama Syriatel dan MTN dengan Kementerian Komunikasi dan Teknologi Suriah. Kedua operator tersebut mengumumkan peluncuran uji coba jaringan generasi kelima atau 5G, sebuah langkah berani di tengah situasi transisi yang masih belum sepenuhnya stabil.

Uji coba 5G ini menjadi bagian dari rencana jangka panjang pemerintah transisi untuk mengembangkan sektor telekomunikasi nasional agar mampu bersaing dengan standar regional. Selain itu, proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi percepatan transformasi digital di berbagai sektor layanan publik dan swasta.

Dalam pernyataan resminya, Syriatel dan MTN menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan layanan telekomunikasi yang maju dan berteknologi tinggi bagi warga Suriah. Kedua perusahaan menyatakan bahwa proyek ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kecepatan internet, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi digital dan meningkatkan kualitas layanan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Menurut penjelasan perusahaan, uji coba 5G akan dimulai di beberapa lokasi terpilih, kemudian diperluas secara bertahap sesuai hasil evaluasi dan kebutuhan pasar lokal. Targetnya adalah menjangkau kawasan-kawasan padat penduduk, pusat bisnis, serta area layanan kesehatan dan pendidikan terlebih dahulu.

Teknologi 5G diyakini mampu menyediakan kecepatan internet ultra-cepat yang akan memberi manfaat besar bagi berbagai sektor, mulai dari bisnis, pendidikan, layanan medis hingga hiburan. Selain itu, jaringan baru ini juga akan meningkatkan kapasitas sistem untuk menampung lebih banyak pengguna tanpa mengurangi kualitas layanan.

Di balik keberhasilan uji coba tersebut, terdapat kisah restrukturisasi panjang yang dialami perusahaan-perusahaan telekomunikasi Suriah. Setelah rezim sebelumnya runtuh, sejumlah aset dan operasional perusahaan mengalami kekosongan manajemen. Beberapa perusahaan bahkan harus berhenti beroperasi sementara sebelum kembali beraktivitas di bawah pengawasan administrasi baru.

Administrasi transisi memutuskan untuk mempertahankan infrastruktur dan karyawan yang ada, seraya melakukan penyesuaian kepemilikan dan manajemen melalui jalur hukum. Aset-aset yang dulunya dikuasai oleh jaringan bisnis tertentu kini diambil alih negara, lalu sebagian dioperasikan lewat perusahaan-perusahaan baru yang didirikan secara terbuka di bawah ketentuan hukum pemerintahan transisi.

Langkah ini ditempuh untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada infrastruktur komunikasi dan menjamin kelangsungan layanan bagi masyarakat. Berkat kebijakan ini, perusahaan-perusahaan seperti Syriatel dan MTN tetap bisa melanjutkan layanan telekomunikasi, meski dengan wajah manajemen baru.

Sejumlah perusahaan pendukung yang sebelumnya memasok peralatan dan jasa teknis telekomunikasi juga mengalami restrukturisasi. Beberapa di antaranya diubah namanya, sementara aset dan kontrak tetap dipertahankan agar roda perekonomian tetap bergerak.

Kini, perusahaan-perusahaan yang dulunya berada dalam orbit kekuasaan politik lama mulai menjalani era baru. Meski sebagian masih dalam tahap transisi hukum, operasional mereka tetap berjalan demi menjaga stabilitas layanan publik dan mendukung program-program digitalisasi yang diusung pemerintah transisi.

Kehadiran teknologi 5G di Suriah menjadi sinyal positif bagi pemulihan ekonomi dan sosial. Dengan kecepatan internet yang jauh lebih tinggi, masyarakat Suriah diharapkan bisa mengakses layanan daring dengan lebih baik, termasuk layanan pendidikan jarak jauh, konsultasi medis online, dan aktivitas bisnis digital.

Selain itu, uji coba 5G ini juga membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan teknologi lokal untuk terlibat dalam proyek modernisasi infrastruktur nasional. Kolaborasi dengan operator besar seperti Syriatel dan MTN diyakini dapat menciptakan lapangan kerja baru serta mempercepat pertumbuhan industri digital Suriah.

Sejumlah pengamat menilai, keberanian melanjutkan proyek-proyek teknologi canggih di tengah masa transisi merupakan bentuk ketahanan ekonomi Suriah. Meskipun sisa-sisa konflik masih ada di beberapa wilayah, sektor telekomunikasi terus bergerak maju demi memenuhi kebutuhan warga yang kian meningkat terhadap layanan berbasis teknologi.

Langkah pemerintah transisi mempertahankan perusahaan-perusahaan vital dinilai sebagai keputusan bijak, karena sektor ini memiliki peran strategis dalam keamanan nasional, layanan publik, dan pemulihan ekonomi. Dengan dukungan penuh dari administrasi baru, diharapkan sektor ini bisa menjadi motor pemulihan Suriah ke depan.

Uji coba jaringan 5G di Suriah kini menjadi perbincangan di kawasan. Sejumlah negara mitra di Timur Tengah dan Rusia dikabarkan menawarkan dukungan teknis dan investasi untuk pengembangan lebih lanjut. Pemerintah transisi menyatakan terbuka terhadap kolaborasi internasional sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.

Pihak Kementerian Komunikasi dan Teknologi menyebutkan bahwa target jangka menengahnya adalah menghadirkan jaringan 5G komersial secara nasional dalam lima tahun ke depan. Proyek ini diharapkan dapat menjadi simbol era baru telekomunikasi Suriah yang lebih terbuka, modern, dan profesional.

Dengan segala dinamika yang menyertai, Suriah hari ini mencoba membuktikan bahwa di tengah situasi sulit, peluang perbaikan tetap terbuka. Perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang dulunya penuh kontroversi kini perlahan berbenah dan berusaha menjadi bagian dari perubahan positif bagi masyarakat.

Ringkasan dengan catatan, bahwa skema ini terjadi karena sanksi ekonomi untuk Suriah sempat lama tak dicabut. Beberapa hari yang lalu, sanksi untuk Suriah sudah dicabut AS dan Eropa. Perusahaan AS dan Eropa serta negara Teluk sudah mulai masuk ke pasar Suriah.

Berikut skema alur kepemilikan dan kontrol perusahaan telekomunikasi Suriah sebelum dan sesudah pemerintahan transisi Ahmad al-Sharaa:


📊 Skema Kepemilikan Perusahaan Telekomunikasi Suriah

📌 Sebelum Kejatuhan Assad

➡️ Istana Kepresidenan Bashar al-Assad
├── Rami MakhloufPemilik Syriatel (sebelum 2019)
├── Yassar Ibrahim & Mansour AzzamKonsultan ekonomi rezim
└── Ahmad Khalil (Al-Group)
         ├── Al-Burj for Investment
         ├── Al-Burj Al-Dhahabi
         ├── Opal Planet
         └── Space Tel

➡️ MTN Syria
├── MTN Group (Afrika Selatan, sampai 2021)
└── Tele Invest Ltd (pasca 2021)Broker kroni Assad (Hassan Ibrahim)

➡️ WafaTel
└── Yassar IbrahimTerkait Garda Revolusi Iran, pemasok Portel Rusia


📌 Saat Kejatuhan & Transisi

  • Assad & kroni kabur
  • Aset fisik tetap di Suriah
  • Karyawan tinggalkan kantor sementara
  • Administrasi Ahmad al-Sharaa ambil alih birokrasi & aset nonformal

📌 Setelah Pemerintahan Transisi Ahmad al-Sharaa

➡️ Syriatel & MTN Syria
└── Masih beroperasi, aset di Suriah dikelola manajemen lama dengan pengawasan pemerintahan baru

➡️ Perusahaan-perusahaan pendukung lama (Al-Burj, Opal, dll)
└── Diubah nama & akta kepemilikan menjadi:
         → Al-Mujtahid for Technical Services

➡️ WafaTel
└── Fasad kantor kosong, operasional mati

➡️ Kroni lama (Hamsho, dll)
└── Mulai negosiasi ulang dengan administrasi baru

➡️ Bank Sentral Suriah
└── Bekukan sebagian rekening lama, belum nasionalisasi penuh


📌 Catatan Penting

  • Jejaring bisnis lama tetap eksis di balik nama baru
  • Administrasi baru belum membongkar total kepemilikan bisnis lama
  • Sebagian pendapatan perusahaan digunakan membiayai instansi vital
  • Proses hukum dan audit akuntabilitas masih mandek


Read More

Rabu, 02 Juli 2025

Turkiye Siap Bangun Kapal Selam Nuklir Mandiri

Juli 02, 2025 0

Turki (Turkiye) resmi mengumumkan rencana ambisiusnya untuk mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir, sebuah langkah strategis yang menandai babak baru kekuatan laut negara tersebut. Dalam wawancara dengan Warships International Fleet Review, Komandan Angkatan Laut Turki Laksamana Ercüment Tatlıoğlu mengungkapkan visi besar yang tengah dipersiapkan negaranya di sektor pertahanan maritim.

Laksamana Tatlıoğlu menegaskan bahwa proyek MİLDEN, kapal selam nasional Turki, menjadi fondasi menuju kapal selam nuklir yang selama ini hanya diimpikan oleh negara-negara dengan kekuatan militer besar. Turki juga menargetkan menjadi negara eksportir kapal selam modern, menjadikan industri maritimnya salah satu kekuatan regional yang disegani.

Dalam wawancara tersebut, Tatlıoğlu memaparkan kemajuan proyek kapal selam kelas Reis yang kini menjadi tulang punggung armada bawah laut Turki. Kapal selam ini mengandalkan teknologi Air-Independent Propulsion (AIP) berbasis sel bahan bakar hidrogen cair yang diproduksi di dalam negeri, memperpanjang waktu menyelam hingga 14 hari tanpa naik ke permukaan.

Kapal selam kelas Reis juga dipersenjatai torpedo Akya, rudal jelajah Atmaca dan Gezgin, serta ranjau laut Malaman, seluruhnya hasil pengembangan industri pertahanan nasional. Kehadiran enam unit kapal selam ini menurunkan rata-rata usia armada bawah laut Turki dan meningkatkan efektivitas operasional secara signifikan.

Selain kapal selam bertenaga nuklir, Turki juga tengah mengembangkan berbagai sistem tempur nirawak di lingkungan Angkatan Laut. Mulai dari drone udara Bayraktar TB2 hingga Akıncı dan Aksungur telah rutin melakukan misi pengintaian, pengamatan, serta serangan terhadap sasaran di darat dan laut.

Tatlıoğlu menyebutkan, integrasi sistem nirawak menjadi prioritas untuk mengurangi risiko korban jiwa dan memperluas jangkauan operasi militer Turki. Dalam waktu dekat, kapal permukaan tanpa awak (USV) juga akan memperkuat armada, dengan kemampuan peperangan ranjau, anti-kapal selam, serta peperangan elektronik.

Tak hanya itu, Turki juga menyiapkan kapal perusak TF-2000, proyek kapal perang canggih yang dilengkapi sistem peluncur vertikal MIDLAS dan rudal dalam negeri. Kapal ini dirancang untuk menghadapi ancaman modern seperti rudal jelajah, drone, serta pesawat tempur dalam operasi laut jarak jauh.

Pembangunan kapal selam nuklir di Galangan Kapal Gölcük, yang telah aktif lebih dari 50 tahun, menjadi kunci kesinambungan industri bawah laut Turki. Tatlıoğlu memastikan infrastruktur dan SDM di galangan tersebut siap menghadapi proyek nuklir setelah keberhasilan kapal selam kelas Reis.

Menariknya, Turki tak hanya membangun kapal selam nuklir untuk keperluan nasional, tapi juga merencanakan ekspor ke negara-negara sekutu dan sahabat. Hal ini dinilai penting untuk memperkuat posisi Turki sebagai pemain global di sektor industri pertahanan maritim.

Turki bahkan telah menunjukkan desain kapal selam MİLDEN dengan peluncur rudal vertikal saat pameran SAHA EXPO 2024, menandai kesiapan mereka menuju kekuatan armada bawah laut dengan kapabilitas serangan darat jarak jauh.

Dukungan penuh dari industri pertahanan seperti ASFAT dan ROKETSAN semakin memperkuat rencana integrasi sistem peluncur rudal vertikal MİDLAS ke kapal selam generasi terbaru itu. Dengan langkah ini, Turki tak hanya menambah daya gentar regional, tetapi juga menyusun doktrin Blue Homeland yang lebih kokoh.
Proyeksi ke depan, Turki menargetkan menjadi salah satu dari lima kekuatan maritim terbesar dunia dengan armada kapal induk nasional, kapal perusak TF-2000, frigat I-class, kapal patroli Hisar, kapal selam Reis, serta berbagai sistem drone udara dan permukaan.

Tatlıoğlu menyebutkan bahwa modernisasi Angkatan Laut Turki akan memperluas pengaruh operasional mereka hingga ke Laut Merah, Samudera Hindia, dan Pasifik. Kehadiran strategis ini diharapkan mengamankan kepentingan maritim Turki di berbagai kawasan perairan internasional.

Langkah berani Turki ini patut menjadi inspirasi bagi Indonesia, mengingat posisi Indonesia sebagai negara maritim strategis di persimpangan Samudera Pasifik dan Hindia. Investasi dalam kapal selam nuklir dan sistem tempur nirawak dapat memperkuat pertahanan maritim Nusantara.

Dengan potensi SDM yang besar dan teknologi AI yang mulai berkembang, Indonesia seharusnya bisa membangun sistem persenjataan bawah laut canggih bila didukung kebijakan pemerintah dan sinergi industri strategis nasional.

Turki membuktikan bahwa kemandirian industri pertahanan bukan hal mustahil jika didorong visi jangka panjang dan keberanian politik. Pengembangan kapal selam nuklir serta sistem drone laut dan udara menjadi bukti nyata keberhasilan strategi pertahanan terintegrasi.

Indonesia bisa belajar dari model Turki, dimulai dari membangun kapal selam non-nuklir kelas AIP lokal, pengembangan peluncur rudal vertikal nasional, hingga integrasi AI dan drone dalam operasi armada laut. Visi ini tak hanya memperkuat kedaulatan, tapi juga membuka pasar ekspor regional.

Turki berhasil menggabungkan modernisasi alutsista dengan diplomasi pertahanan melalui ekspor produk-produk strategis, membangun kekuatan maritim yang mampu berbicara di kawasan dan pentas global. Langkah yang sangat relevan jika diterapkan di Indonesia.

Keberanian Turki memulai proyek kapal selam nuklir di tengah situasi geopolitik kawasan yang dinamis merupakan contoh konkret bahwa kemajuan militer bisa dicapai tanpa harus bergantung pada kekuatan besar. Kini dunia menunggu, bagaimana Indonesia akan menyikapinya.

Read More

Rabu, 25 Juni 2025

Konflik Dibiarkan, Proto Negara Baru Bisa Lahir

Juni 25, 2025 0

Di banyak negara, konflik internal yang dibiarkan tanpa solusi cepat kerap berkembang menjadi ancaman yang jauh lebih besar. Sejarah mencatat, ketegangan antar komunitas yang awalnya bersifat lokal dapat membesar menjadi gerakan separatis bersenjata dan berujung pada lahirnya entitas negara paralel. Situasi ini sedang nyata terlihat di India, tepatnya di negara bagian Manipur, yang sejak 2023 diguncang konflik brutal antara etnis Meitei dan Kuki.

Manipur adalah wilayah kecil di timur laut India, berbatasan langsung dengan Myanmar, dengan populasi sekitar tiga juta jiwa. Ketegangan antara komunitas Meitei yang mayoritas Hindu dan suku Kuki yang mayoritas Kristen bukanlah hal baru. Namun dalam beberapa tahun terakhir, situasi memburuk akibat berbagai kebijakan pemerintah negara bagian yang dinilai meminggirkan kelompok Kuki dari akses tanah, politik, dan ekonomi.

Konflik pecah hebat pada Mei 2023, dipicu keputusan pengadilan yang memberikan status Scheduled Tribe kepada Meitei. Status ini selama ini hanya dimiliki kelompok minoritas pegunungan seperti Kuki, yang memberi hak istimewa dalam pendidikan, pekerjaan pemerintahan, dan pembelian tanah di kawasan perbukitan. Keputusan itu memicu kemarahan Kuki, yang melihatnya sebagai ancaman terhadap eksistensi mereka di tanah leluhur.

Sayangnya, respons pemerintah pusat India terkesan abai. Perdana Menteri Narendra Modi bahkan bungkam berbulan-bulan meski kekerasan terus berlangsung. Baru setelah beredarnya video memilukan tentang dua perempuan Kuki yang diperkosa dan dipermalukan di depan umum oleh massa Meitei, pemerintah pusat mulai bereaksi. Namun langkah itu dinilai terlambat dan sekadar respons atas tekanan publik.

Pembiaran semacam ini sebenarnya bukan tanpa motif politik. Dalam sejumlah kasus, konflik internal dibiarkan untuk alasan manajemen konflik, di mana ketegangan lokal dimanfaatkan sebagai alat pengendali kekuatan politik oposisi. Selain itu, dinamika elektoral di India membuat kelompok mayoritas Meitei yang dominan secara politik lebih diuntungkan bila ketegangan tetap terjaga.

Selain faktor politik, ada isu sumber daya alam yang memperkeruh suasana. Pegunungan Manipur diyakini menyimpan cadangan mineral strategis dan hutan lebat yang menjadi incaran investasi. Persaingan untuk menguasai wilayah ini tidak hanya menjadi soal identitas, tapi juga soal ekonomi. Situasi ini mengingatkan pada konflik-konflik di kawasan lain, seperti Iran-Israel yang sering dituding bukan murni soal nuklir, melainkan soal dominasi geopolitik dan perubahan rezim.

Jika konflik Manipur terus dibiarkan, bukan tidak mungkin akan melahirkan sebuah entitas proto-negara di kawasan pegunungan. Sebagian komunitas Kuki diketahui telah membentuk zona otonom de facto dengan pemerintahan darurat, sistem pertahanan, dan pengadilan adat. Di sejumlah wilayah terpencil, aparat pemerintah sudah kehilangan kendali, dan aturan hukum digantikan keputusan komunitas bersenjata.

Fenomena ini mirip dengan apa yang terjadi di negara-negara konflik lain, seperti di Myanmar dengan berbagai wilayah etnisnya yang memiliki pasukan bersenjata dan pemerintahan lokal. Sejarah juga menunjukkan, proto-negara seperti ini sering menjadi benih gerakan separatisme yang sulit dipadamkan, apalagi jika mendapatkan simpati dari diaspora dan dukungan logistik lintas batas.

Di sisi lain, India menghadapi risiko meluasnya konflik ke negara bagian tetangga dan perbatasan Myanmar. Arus pengungsi, penyelundupan senjata, dan masuknya pejuang dari luar kawasan menjadi ancaman nyata. Beberapa laporan menunjukkan senjata dan pejuang dari Myanmar mulai terlibat dalam konflik Manipur, menciptakan jalur perdagangan gelap lintas batas yang tak mudah dikendalikan.

Banyak analis memperingatkan, jika situasi ini tidak dimitigasi segera, Manipur bisa menjadi episentrum konflik etnis bersenjata di Asia Selatan. Efek domino-nya bisa menjalar ke Nagaland, Mizoram, hingga Myanmar dan Bangladesh, yang memiliki dinamika etnis serupa. Sejumlah kelompok bersenjata di kawasan tersebut sudah memiliki sejarah panjang saling bekerja sama saat konflik memanas.

Lebih mengkhawatirkan lagi, absennya intervensi tegas dari pemerintah pusat bisa menciptakan preseden buruk di wilayah lain di India. Daerah-daerah dengan ketegangan serupa bisa meniru pola Manipur — membentuk pemerintahan paralel, milisi lokal, hingga zona otonomi de facto. Kondisi ini jelas akan menjadi ancaman bagi stabilitas nasional India di masa depan.

Sejumlah pengamat menilai, pemerintah India saat ini tengah mempertaruhkan risiko besar dengan membiarkan konflik Manipur berjalan tanpa solusi menyeluruh. Motif elektoral, kepentingan ekonomi, dan pertimbangan geopolitik lokal dianggap lebih diutamakan ketimbang perlindungan atas hak asasi warga sipil yang terus menjadi korban kekerasan.

Jika pola pembiaran ini terus berlanjut, tidak hanya Manipur yang terancam menjadi proto-negara baru. Wilayah lain di India timur laut yang memiliki sejarah panjang ketegangan etnis juga bisa menyusul. Potensi lahirnya zona-zona otonomi bersenjata di luar kontrol pemerintah federal bisa menjadi bom waktu bagi stabilitas Asia Selatan.

Konflik seperti ini harusnya menjadi alarm bagi kawasan. Di era di mana isu separatisme, agama, dan sumber daya alam semakin dipolitisasi, setiap konflik lokal yang diabaikan bisa menjadi api besar yang sulit dipadamkan. Sejarah menunjukkan, sekali proto-negara terbentuk, hampir mustahil kembali ke status quo tanpa kompromi besar atau konflik yang lebih luas.


Read More

Kamis, 03 April 2025

Sinar dari Pakkat: Kontribusi Jamaah Masjid Siniang dalam Membangun Indonesia, Mengenang Jasa Para Pendahulu

April 03, 2025 0

Humbang Hasundutan, Sumatera Utara - Dari huta Siniang yang tenang di Pakkat, Humbang Hasundutan, terpancar semangat pengabdian dan kontribusi nyata dari kaum Musliminnya dalam membangun Indonesia. Jamaah Masjid Siniang Pakkat, sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial, telah melahirkan individu-individu yang memberikan sumbangsih signifikan di berbagai bidang, mewarnai lanskap sosial dan politik bangsa.

Semangat kebersamaan dan gotong royong yang tumbuh subur di kalangan jamaah Masjid Siniang menjadi modal utama dalam mengarungi kehidupan di tengah masyarakat yang majemuk. Nilai-nilai Islam yang dipegang teguh menjadi landasan dalam setiap langkah pengabdian mereka kepada agama, masyarakat, dan negara.

Perjalanan kontribusi jamaah Masjid Siniang dalam pembangunan Indonesia tidak lepas dari inspirasi tokoh-tokoh sukses yang telah mendahului mereka. Salah satu figur sentral yang patut diteladani adalah KH Ali Akbar Marbun. Beliau adalah seorang ulama besar yang memiliki pengaruh luas di Nahdlatul Ulama (NU). Dedikasi dan kebijaksanaan KH Ali Akbar Marbun telah memberikan arah yang jelas bagi perkembangan Islam moderat dan toleran di Indonesia.

Selain tokoh agama, jamaah Masjid Siniang juga mengenang jasa almarhum Mahmun Syarif atau Jureman Marbun. Beliau dikenal sebagai sosok yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur keagamaan. Amal jariyahnya terwujud dalam pembangunan Masjid Siniang yang megah dan Pesantren Al Kautsar Al Akbar di Lae Toras, Tarabintang, Humbang Hasundutan. Kontribusi beliau dalam menyediakan fasilitas pendidikan dan ibadah sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar.

Di bidang pendidikan, almarhum Haji Ahmad Jubeir Marbun juga meninggalkan jejak yang tak terlupakan. Dedikasinya dalam mencerdaskan generasi muda telah melahirkan banyak intelektual dan pemimpin masa depan. Semangat beliau dalam memajukan pendidikan menjadi inspirasi bagi generasi muda Siniang untuk terus menuntut ilmu dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Selain tokoh-tokoh sentral tersebut, banyak lagi anggota jamaah Masjid Siniang yang berkiprah di berbagai sektor. Ada yang sukses menjadi wirausahawan, menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan roda perekonomian. Ada yang mengabdikan diri di bidang kesehatan, memberikan pelayanan medis kepada masyarakat yang membutuhkan. Ada pula yang menjadi guru, mendidik dan membentuk karakter generasi penerus bangsa. Kontribusi mereka, sekecil apapun, memiliki arti penting dalam pembangunan Indonesia.


Sebagai sebuah komunitas yang terikat oleh nilai-nilai keagamaan dan kekerabatan, jamaah Masjid Siniang, baik di Pakkat maupun di perantauan, memiliki tanggung jawab untuk saling mendukung dan menguatkan. Di era globalisasi dengan berbagai tantangan yang kompleks, solidaritas menjadi kunci untuk bertahan dan meraih kesuksesan.
Bagi jamaah Masjid Siniang yang berada di perantauan, tantangan adaptasi dan persaingan seringkali lebih berat. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk membangun jaringan yang kuat dan saling memberikan dukungan dalam berbagai aspek kehidupan.

Salah satu bentuk dukungan yang sangat dibutuhkan adalah di bidang ekonomi. Jamaah yang memiliki usaha dapat saling membantu dalam mengembangkan bisnis, baik melalui promosi, kerja sama, maupun investasi. Pembentukan koperasi atau badan usaha bersama juga bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota.

Selain dukungan ekonomi, dukungan moral dan spiritual juga sangat penting. Jamaah Masjid Siniang di perantauan dapat menjadi tempat berbagi pengalaman, memberikan motivasi, dan saling mengingatkan dalam menjalankan ajaran agama. Kegiatan keagamaan bersama, seperti pengajian rutin atau perayaan hari besar Islam, dapat mempererat tali silaturahmi dan memperkuat keimanan.

Di bidang pendidikan dan karier, jamaah yang lebih berpengalaman dapat memberikan mentoring dan bimbingan kepada generasi yang lebih muda. Informasi mengenai peluang kerja dan pendidikan juga perlu disebarkan secara efektif di antara anggota.

Solidaritas dan kerja sama antar anggota jamaah Masjid Siniang, baik di kampung halaman maupun di perantauan, akan menjadi kekuatan besar dalam menghadapi berbagai tantangan. Dengan meneladani semangat pengabdian para pendahulu dan memperkuat ikatan persaudaraan, jamaah Masjid Siniang akan terus memberikan kontribusi positif bagi pembangunan sosial, ekonomi, dan politik Indonesia.

Kisah sukses para tokoh dari Siniang dan kontribusi jamaah Masjid Siniang adalah cerminan dari potensi besar yang dimiliki oleh komunitas-komunitas Muslim di seluruh Indonesia. Dengan nilai-nilai agama yang kuat dan semangat gotong royong, umat Islam dapat menjadi agen perubahan yang positif dan memberikan warna yang indah dalam mozaik kebangsaan Indonesia.

Semoga semangat pengabdian dan kebersamaan yang telah ditunjukkan oleh jamaah Masjid Siniang Pakkat dapat menjadi inspirasi bagi komunitas-komunitas lain di Indonesia untuk terus berkontribusi dalam membangun bangsa yang lebih maju, adil, dan sejahtera. Sinar dari Siniang akan terus bersinar, menerangi jalan pengabdian bagi generasi-generasi selanjutnya.

Read More

Strategi yang dapat Dilakukan Pewaris Kesultanan Serdang dalam Meniru Kesuksesan Dubai dalam Pengelolaan Aset Warisan

April 03, 2025 0


Kesultanan Serdang memiliki sejarah panjang dalam membangun peradaban di Sumatera Utara. Sebagai salah satu kesultanan yang memiliki pengaruh besar di masa lalu, warisan budaya dan aset historis yang dimiliki menjadi bagian penting dalam identitas daerah. Namun, di era modern ini, tantangan utama bagi pewaris Kesultanan Serdang adalah bagaimana mengelola aset tersebut agar tetap relevan dan memberikan manfaat bagi masyarakat, sekaligus menjadi sumber ekonomi yang berkelanjutan.

Salah satu contoh sukses dalam pengelolaan aset kerajaan adalah keemiran Dubai di Uni Emirat Arab. Dubai yang dulunya merupakan kota kecil berbasis perdagangan, berhasil menjelma menjadi pusat bisnis global dengan strategi investasi yang cermat dan pembangunan ekonomi yang agresif. Keberhasilan ini tidak hanya bergantung pada sumber daya alam, tetapi juga pada pengelolaan aset, inovasi bisnis, serta pengembangan infrastruktur secara masif.

Pewaris Kesultanan Serdang, termasuk Sultan Achmad Thalaa Shariful Alam Shah, dapat meniru model Dubai dengan membangun ekosistem ekonomi berbasis investasi dan pengelolaan aset keluarga kerajaan secara profesional. Salah satu langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan membentuk holding usaha keluarga kesultanan. Holding ini berperan sebagai entitas bisnis utama yang mengelola berbagai sektor ekonomi yang masih terbuka di Serdang Bedagai baik bekerja sama dengan Badan Usaha Miliki Daerah (BUMD) pemda setemoat maupun pemerintah pusat.

Sektor pariwisata sejarah dan budaya bisa menjadi salah satu fokus utama dalam strategi ekonomi ini. Kesultanan Serdang memiliki banyak situs bersejarah yang dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan. Dengan pengelolaan profesional, aset-aset ini dapat memberikan manfaat ekonomi tidak hanya bagi keluarga kesultanan, tetapi juga bagi masyarakat sekitar.

Selain sektor pariwisata, Kesultanan Serdang juga bisa mengembangkan investasi di sektor properti dan perhotelan. Inspirasi dari Dubai menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur yang modern dan menarik dapat menjadi magnet bagi investor serta wisatawan. Dengan menggandeng mitra strategis dari dalam dan luar negeri, Kesultanan Serdang dapat menciptakan kawasan wisata dan bisnis yang berdaya saing tinggi.

Untuk memperkuat ekosistem investasi, pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) atau badan investasi kesultanan bisa menjadi strategi jangka panjang. SWF ini bertugas mengelola dana investasi yang berasal dari berbagai sumber, termasuk keuntungan bisnis kesultanan, dana investor, hingga hibah dari berbagai pihak. Dengan model seperti ini, Kesultanan Serdang bisa memiliki kontrol terhadap asetnya sekaligus memperbesar peluang investasi di berbagai sektor produktif.

Keberhasilan Dubai juga terletak pada kemampuan mereka menciptakan kawasan ekonomi khusus yang menarik minat dunia usaha. Serdang Bedagai bisa menerapkan konsep serupa dengan membangun zona ekonomi kreatif berbasis budaya Melayu. Dengan memberikan insentif bagi pelaku usaha dan memperkenalkan regulasi yang mendukung investasi, wilayah ini dapat berkembang menjadi pusat ekonomi baru di Sumatera Utara.

Selain membangun investasi fisik, Kesultanan Serdang perlu memanfaatkan teknologi dalam strategi bisnisnya. Digitalisasi ekonomi bisa menjadi cara untuk memperluas jangkauan bisnis dan menarik lebih banyak investor. E-commerce, pemasaran digital, serta penggunaan teknologi finansial (fintech) bisa membantu mempercepat pertumbuhan usaha kesultanan.

Tidak hanya itu, pembangunan sumber daya manusia juga harus menjadi perhatian utama. Dubai sukses karena mereka berinvestasi besar dalam pendidikan dan pelatihan tenaga kerja. Kesultanan Serdang dapat membangun program pelatihan untuk generasi muda agar mereka memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam ekonomi modern.

Dalam membangun ekosistem bisnis yang berkelanjutan, kemitraan dengan pemerintah dan sektor swasta menjadi hal yang krusial. Kesultanan Serdang dapat berperan sebagai katalisator dalam mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan menjadi penghubung antara investor dan pemerintah daerah.

Selain sektor bisnis, pengelolaan aset keluarga kesultanan juga bisa mencakup sektor sosial dan budaya. Dengan membentuk yayasan atau lembaga amal berbasis warisan kesultanan, Serdang bisa memperkuat perannya sebagai pemimpin budaya di Sumatera Utara.

Strategi ini juga dapat diperkuat dengan membangun koneksi internasional. Seperti halnya Dubai yang menjadi pusat perdagangan global, Kesultanan Serdang bisa menjalin hubungan dengan komunitas Melayu di berbagai negara untuk memperluas jaringan bisnis dan investasi.

Salah satu tantangan dalam membangun model bisnis berbasis warisan kesultanan adalah menjaga keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian budaya. Oleh karena itu, dalam setiap langkah pengembangan ekonomi, nilai-nilai tradisional harus tetap dijaga agar identitas kesultanan tetap kuat.

Keberlanjutan program ini juga membutuhkan sistem tata kelola yang profesional dan transparan. Dengan membentuk dewan pengawas bisnis yang terdiri dari para ahli ekonomi dan investasi, Kesultanan Serdang bisa memastikan bahwa setiap langkah bisnis diambil dengan pertimbangan yang matang.

Penting juga bagi pewaris kesultanan untuk memiliki visi jangka panjang. Dubai tidak berubah dalam semalam, tetapi melalui strategi yang konsisten dan inovasi berkelanjutan. Kesultanan Serdang bisa mengikuti jejak ini dengan membangun fondasi ekonomi yang kokoh dan berorientasi pada masa depan.

Penting bagi Kesultanan Serdang untuk tidak hanya fokus pada satu sektor, tetapi memiliki portofolio investasi yang beragam. Dengan melakukan diversifikasi bisnis, mereka dapat mengurangi risiko ekonomi dan memastikan pertumbuhan yang stabil dalam jangka panjang.

Keberhasilan Dubai menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, sebuah wilayah bisa bertransformasi menjadi pusat ekonomi dunia, meskipun awalnya tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah. Kesultanan Serdang bisa mengambil pelajaran berharga dari model ini dan menyesuaikannya dengan kondisi lokal.

Pada akhirnya, jika strategi ini dijalankan dengan baik, Kesultanan Serdang tidak hanya akan menjaga relevansinya dalam dunia modern, tetapi juga berkontribusi besar dalam pembangunan ekonomi Serdang Bedagai dan sekitarnya. Dengan inovasi, kemitraan, dan manajemen yang baik, bukan hal mustahil bagi Kesultanan Serdang untuk meniru jejak sukses Dubai dalam mengelola aset warisannya.

Dibuat oleh AI

Read More

Kamis, 17 November 2022

Pemimpin Mafia Italia Bruno Carbone Ditangkap di Suriah

November 17, 2022 0
Pemimpin Mafia Italia Bruno Carbone yang menjadi buronan di Eropa ditangkap oleh pihak keamanan di pemerintahan penyelamat Suriah (SG) Idlib.

Carbone diduga akan memasuki wilayah rejim Bashar Al Assad.


Tidak dijelaskan siapa yang memberi informasi ke pihak SG soal status Carbone. Namun yang bersangkutan langsung dideportasi melalui Turki.

Namun pihak Italia tak mengakui peran SG itu dan menyatakan Carbone dideportasi dari Uni Emirat Arab.

Read More

Senin, 03 Agustus 2020

Meet China's New-Old Killer Drones Derived from J-6 Aircraft

Agustus 03, 2020 0
A large number of old J-6 fighter jets that have been converted into unmanned attack aircraft are being stationed at Liancheng Air Base in Fujian province, according to the latest issue of Kanwa Defense Review.

China's Huanqiu.com cited the Canadian online magazine as saying that satellite photos taken on July 31, 2011 showed there were at least 55 of the J-6 aircraft on the base.

The magazine said the air base most likely has more J-6s than any other base in Fujian, showing that the Chinese Air Force attaches great importance to the capabilities of the unmanned fighter.

Reports said the J-6, the Chinese-built version of the Soviet MiG-19 'Farmer' fighter aircraft, was produced by Shengyang Aircraft Corp. and formed the backbone of the Chinese Air Force in the 1960s and the 1970s.


The J-6 fleet was retired in the late 1990s. But because of the J-6s' maneuverability, high thrust-to-weight ratio, and light weight and their suitability for close-distance combat, the planes have since been converted into unmanned attack fighters.

Read More

Sabtu, 01 Agustus 2020

Kata Orang Belanda Nienhuys: Orang Cina Penipu, Orang Jawa Malas, Orang Batak Terbelakang

Agustus 01, 2020 0
Nienhuys penuh rasisme, menulis bahwa “Orang Cina adalah penipu yang licik dan orang Jawa adalah malas” dan “Orang Batak adalah ras yang terbelakang”.

Artikel di Sumatra Post edisi 30 Mei 1913 menuliskan bahwa sekitar tahun 1867-1868, Nienhuys dituduh mencambuk tujuh kuli Cina sampai mati. Walau kasus ini belum terbuktikan dan juga tak terbantahkan, Sultan Deli memerintahkan Nienhuys untuk meninggalkan tanah Deli dan tidak diizinkan kembali lagi.

Read More